Pada
minggu pertama, anak burung merpati dapat menggerak-gerakkan kepalanya
untuk mendapatkan makanan tetapi tidak mampu membedakan apa-apa. Tetapi
setelah berumur sepuluh hari, bulu-bulu jarum muncul dan anak burung
merpati ini sudah mampu membedakan keadaan sekeliling serta tahu adanya
pihak pengusik. Anak burung akan berusaha menghalau pengusik ini dengan
suaranya (mendesis) dan membuka paruhnya.
Anak burung sepenuhhya masih tergantung pada pemberian makan dari
induknya sampai berumur 3 minggu. Selama 3 minggu ini dapat saja anak
burung tidak dirawat dengan baik oleh induknya, sehingga mati, karena
anak burung yang minta makan dengan suara lebih keras dan lebih agresif
akan mendapat makanan lebih dahulu.
Biasanya yang menetas ebih dahulu akan mendapat makanan lebih dahulu
dan berkembang lebih cepat dari burung satunya. Semakin besar anak
burung, semakin bertambah keserakahannya untuk mendapatkan makanan.
Barulah setelah 5 minggu keadaan itu berhenti, sebab anak burung mulai
dapat makan sendiri dan badannya umumnya telah berbulu penuh.
Setelah anak burung meninggalkan sarang, burung jantan
masih memberinya makan untuk masa kira-kira 10 hari lamanya. Dalam masa
ini burung betina boleh jadi sedang sibuk bertelur dan mengerami telur
di sarang lain (disebelah sarang lama).
Tak lama kemudian kedua induk ini akan sibuk dengan memberi makan
anak burung yang baru lahir. Kalau kita memelihara merpati konsumsi dan
menjual anak-anaknya sewaktu masih kecil (belum berbulu penuh), maka
kedua induknya tidak mendapat gangguan untuk bertelur lagi dan
membesarkan anak-anak yang lahir kemudian.
Kalau kita memisahkan induk dari anaknya dan membiarkan
burung jantan membesarkan anak-anaknya, maka dengan cara itu burung
betina akan lebih cepat bertelur kembali.
Anak burung akan menjadi dewasa pada umur sekitar 4-6 bulan. Dan pada
usia ini burung telah mencari jodoh dan mengembangkan keluarga sendiri.
Kalau kita mengajar produksi merpati konsumsi maka keadaan itu tidaklah
menjadi masalah, bahkan menguntungkan.
Tetapi kalau kita menginginkan burung-burung yang sehat untuk
kepentingan pameran (keindahan bulu menjadi faktor utama) bagi burung
hias, dan kepentingan pertandingan (kecepatan dan kemampuan kembali
menjadi faktor utama) bagi burung merpati pos, maka perkawinan itu perlu
ditangguhkan sehingga paling tidak berumur setahun.
Untuk itu anak-anak burung harus dipisah dari
burung-burung dewasa, sebab kehadiran burung-burung dewasa dapat
merangsang burung-burung muda untuk kawin.
Penggunaan “orangtua-asuh” atau “orangtua-angkat” kadang dilakukan
terutama di kalangan peternak merpati hias, demi kepentingan pameran dan
pertandingan-pertandingan yang ada. Juga dikalangan peternak merpati
pos yang menganggap penting arti pembesaran anak, terutama bagi
burung-burung yang baik dalam hal sifat-sifat lain tetapi ternyata lemah
dalam membesarkan anak.
Untuk keperluan orangtua-asuh ini dapat dipergunakan merpati apa saja
asal memiliki paruh panjangg, dan ini sengaja dipelihara untuk
keperluan tersebut setelah kemampuannya diketahui. Orangtua-asuh harus
bertelur dan mempunyai anak dalam tahapan yang kira-kira sama dengan
perkembangan telur dan anak yang akan diasuh.
Untuk keperluan ini sudah tentu telur-telur atau
anak-anak dari orangtua-asuh ini perlu diambil (dikorbankan) dan diganti
dengan telur atau anak dari burung yang kita inginkan hasil anaknya.
Pergantian telur tidaklah menimbulkan masalah, tetapi pergantian anak
burung haruslah dilakukan secara berhati-hati.
Anak burung yang dibesarkan itu haruslah belum tumbuh bulunya, sebab
kalau orangtua-asuh ini tahu bahwa yang ada dalam sarangnya adalah anak
burung lain maka orangtua-asuh ini tidak mau menerima kehadiran
anak-anak ini, tidak mau mengasuhnya (memberi makan) dan bahkan boleh
jadi akan membunuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar